Selasa, 04 Agustus 2015

STUDY BANDING KE LAHAN PERTANIAN ORGANIK BEITO



STUDY BANDING KE LAHAN PERTANIAN ORGANIK

BEITO

Foto di halaman rumah laopan sebelum memulai pelatihan

Study banding ke lahan pertanian Beito pada hari minggu tanggal 2 Agustus 2015 merupakan program exit KDEI yang bekerja sama dengan BEM (badan eksekutif mahasiswa) Universitas Terbuka  Taiwan. Kegiatan yang diikuti oleh 40 mahasiswa ini juga dihadiri oleh Bapel (badan pelaksana) UT Taiwan dan juga oleh beberapa staf KDEI. Program ini merupakan program pelatihan penanaman pertanian organik yang merupakan budidaya pertanian dengan mengandalkan bahan-bahan alami tanpa menggunakan bahan kimia sintesis.

Peserta yang dikoordinir oleh BEM UT Taiwan berkumpul pagi hari di TMS kemudian secara bersama-sama  pada pukul 8.30 pagi menuju stasiun MRT Beito.  Di sana bis jemputan dari KDEI telah menunggu untuk mengantarkan peserta ke lokasi yang ternyata cukup jauh. Dalam perjalanan itu kami melewati jalan berkelok menuju daerah pegunungan yang asri. Lebar jalan yang sempit juga kelokan yang tajam membuat perjalanan menjadi seru-seru sedap karena beberapa kali rombongan kami terpaksa menahan nafas saat bis yang kami tumpangi berhenti di kelokan yang menanjak.

Sesampai di lokasi kami langsung disambut dengan sangat ramah oleh laopan dan keluarga mereka tepat di depan pintu bis saat kami turun. Mereka  menyalami kami satu persatu dan mempersilahkan kami menikmati kesejukan tanah dan rumah mereka. Keramahan tuan rumah terasa sangatlah luar biasa, bukan hanya basa-basi.

Setelah acara dibuka oleh staf dari KDEI, tanpa membuang waktu laopan dan guru pembimbing segera membawa peserta ke lokasi perkebunan. Dengan sabar mereka menjelaskan kepada kami bagaimana cara bercocok tanam sayuran organik. Cuaca panas karena matahari yang menyengat tidak menyurutkan semangat para mahasiswa dalam mendengarkan penjelasan dari guru pembimbing. Mereka sangat antusias mendengarkan, mencatat dan mengajukan berbagai pertanyaan.
 
Pada sesi pertama itu kami dijelaskan bagaimana cara menanam rebung, labu siam, jeruk lemon dan jagung. Kemudian kami diajak untuk belajar dan praktek langsung bagaimana menanam kacang buncis. Satu persatu dari peserta turun ke lahan pertanian tersebut untuk melakukan penanaman biji. Tampak mahasiswa sangat bersemangat walaupun matahari bersinar terik  ada di atas kepala.
Menanam kacang buncis

Setelah istirahat sholat dan makan siang peserta diajak untuk melakukan pelatihan sesi kedua. Masih dalam suasana sangat panas karena jam menunjukkan pukul 13.30, kami dibawa ke lahan yang letaknya sedikit di bawah rumah laopan. Dalam perjalanan ke ladang sayuran suasananya sangat menyenangkan. Jalan setapak menurun yang kami lewati rimbun oleh tanaman bambu kebun rebung mereka. Panas matahari yang menyengat tak lagi kami rasakan, berganti dengan kesejukan udara yang dihembuskan oleh angin yang sepoi.
 
Rombongan kami berhenti di lahan kosong yang telah laopan siapkan. Disana telah tersedia bibit sayuran, pupuk organik, beberapa alat pertanian seperti cangkul dan traktor kecil. Laopan menjelasan kepada peserta tahap-tahap pengolahan lahan secara detail. Tahapan tersebut meliputi  penggemburan tanah, pencampuran dengan pupuk organik dan pembuatan gundukan-gundukan  tanah untuk penanaman. Peserta diajak praktek langsung bagaimana proses proses tersebut.


Foto bersama setelah pelatihan

Pada pukul 16.30 dengan puas kami meninggalkan lahan sayuran itu untuk kembali ke rumah laopan. Sejenak kami menikmati istirahat menghilangkan kelelahan sambil menikmati labu kuning kukus yang disediakan tuan rumah. Tuan rumah bahkan membagikan hasil kebun mereka kepada peserta untuk dibawa pulang ke rumah. Tak lama kemudian bis jemputan datang dan membawa kami meninggalkan lahan pertanian Beito.
 
Selama pelatihan seluruh mahasiswa sangat bersemangat mengikuti kegiatan ini karena mereka mendapatkan pengetahuan dan juga pengalaman bercocok tanam yang sehat. Salah satu pelajaran yang diperolah adalah, menanam bisa dilakukan dimana saja, tidak selalu memerlukan lahan yang sangat luas. Menanam sayuran juga bisa dilakukan untuk mencukupi kebutuhan keluarga sendiri.  Penggunaan kompos buatan sebagai pupuk lebih menjamin hasil tanaman yang lebih sehat.  Mengkonsumsi sayuran dan buah organik akan membuat hidup lebih sehat.  Jika  kita mampu menjaga konsumsi produk organik  terus menerus tentu akan membuat kwalitas kehidupan menjadi lebih baik.

Pengolahan pertanian organik didasarkan pada prinsip kesehatan, ekologi, keadilan, dan perlindungan. Yang dimaksud dengan prinsip kesehatan dalam pertanian organik adalah kegiatan pertanian harus memperhatikan kelestarian dan peningkatan kesehatan tanah, tanaman, hewan, bumi, dan manusia sebagai satu kesatuan karena semua komponen tersebut saling berhubungan dan tidak terpisahkan. Pertanian organik juga harus didasarkan pada siklus dan sistem ekologi kehidupan. Pertanian organik juga harus memperhatikan keadilan baik antarmanusia maupun dengan makhluk hidup lain di lingkungan. Untuk mencapai pertanian organik yang baik perlu dilakukan pengelolaan yang berhati-hati dan bertanggungjawab melindungi kesehatan dan kesejahteraan manusia baik pada masa kini maupun pada masa depan.

Taichung, 4 Agustus 2015
Ditulis oleh :
Sri Retno Yulianti
Divisi Humas dan kerjasama antar lembaga BEM UT Taiwan.

Tidak ada komentar: